Mungkin 26 tahun yang lalu apa yang saya lakukan saat ini sama seperti yang dilakukan Bapak saya. Ketika dulu mudik ke Jawa Timur moda transportasi yang kami pilih adalah kereta api. Alasan pastinya saya kurang tahu, bisa jadi kereta api dipilih alasan biaya dan kemudahan akses. Seingat saya istilahnya estafet, dari Garung turun ke kota Wonosobo menggunakan Angkudes (Angkutan Antar Desa). Dilanjut mengunakan minibus menuju Purworejo, lebih tepatnya ke Stasiun Kutoarjo. Sepertinya kereta api yang dipilih adalah Pasundan jurusan Bandung - Surabaya.
Sesampainya di Stasiun Madiun, Bapak selalu turun dari kereta api untuk mencari Pecel Madiun. Tidak tahu kelebihan dan citarasa apa yang dicari. Namun hari ini (28/12) pukul 00.30 saya melakukan hal yang serupa. Saat kereta api berhenti di Stasiun Madiun tanpa pikir panjang saya menghampiri penjual Pecel Madiun.
1 porsi hanya Rp. 5000, menurut saya lebih dari cukup. Walaupun hanya terdiri dari 2 sayur, kerupuk, telur potongan kecil dan tentunya bumbu pecel yang sangat khas. Untuk menambah selera makan saya membeli peyek teri seharga Rp. 3000. Pecel dibungkus rapi menggunakan daun pisang jadinya aromanya menjadi lebih khas karena nasi yang disertakan bukan nasi dingin. Dalam kondisi perut lapar, pokoknya pecel ini dapat nilai yang positif. Jika ada kesempatan saya ingin membeli lagi.
Apakah citarasa yang khas ini, bapak selalu membeli Pecel Madiun saat mudik dulu......
Comments
Post a Comment