Belakangan ini banyak berita yang mengulas tentang kenaikan BBM. Saya tidak paham proses kenaikan BBM atau politik dibalik itu semua. Saya hanya sedikit memaksa kepanjangan BBM Jogja menjadi Begitu Bijaknya Masyarakat Jogja. Hal ini saya alami sewaktu masih kuliah di Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta. Kebetulan saya tinggal di sekitar Babarsari yang cukup dekat dengan SPBU Janti.
Pada saat itu terjadi kenaikan BBM, sebagai mahasiwa tentu tidak beda jauh dengan rakyat Indonesia lainnya yang merasa cukup tidak "sreg" dengan kebijakan kenaikan BBM. Di saat menjelang kenaikan BBM sudah banyak orang yang melakukan penimbunan, harga kebutuhan atau yang lainnya ikut naik, bahkan ada yang rela antri panjang saat H-1 kenaikan BBM. Waktu itu kondisi Bensin di motor saya dalam kondisi mendekati habis, tapi masih cukup untuk sekedar jalan-jalan sekitar kampus UPN baik Condong Catur maupun Babarsari.
Saat H-1 banyak orang sudah mengantri di SPBU Janti, saya bersama teman perjuangan tidak ikut antri. Kami pikir itu hanya buang-buang waktu dan energi lebih baik untuk belajar (ini kalau lagi ingat belajar). Ternyata saya tidak belajar tentang Teknologi Informasi dari kampus saya justru belajar boros energi yaitu dengan membuang bensin dengan keliling sekitar Babarsari, Condong Catur dan Janti. Dari perjalanan keliling kurang kerjaan yang hampir sama dengan orang yang mengantri di SPBU saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Pelajaran "tidak serakah" dan Begitu Bijaknya Masyarakat Jogja.
Saya memaksa mengisi bensin eceran dipinggir jalan, "Bu, setunggal mawon (Bu, satu saja)", begitulah yang biasa saya ucapkan saat isi bensin eceran yang dimaksud adalah mengisi bensin 1 liter saja. Kemudian ibu penjual bensin eceran membawa botol bensin 1 liter. Saat si-ibu penjual ini akan memasukan bensin ke dalam tangki motor terlebih dahulu memasukan jarinya ke dalam lubang tangki. Si-ibu penjual berkata, "Mas bensin e isih okeh kono ngantri wae ning POM (SPBU), ning kene larang. Mesak e sing lewat do kentekan bensin. Lha wong kanggo njagani sing wes ra nyandak ning POM" Dalam bahasa Indonesia, Mas bensinnya masih banyak, mengantri di SPBU saja, beli disini mahal. Kasihan yang lewat sini kehabisan bensin. Bensin disini cuma untuk yang kehabisan bensin dan tidak mau ke SPBU.
Saya kaget dengan ucapan si-ibu penjual bensin yang ternyata menjual bensin tidak berorientasi pada keuntungan semata tapi justru untuk membantu orang-orang yang kehabisan bensin di tengah jalan. Padahal saya sudah memaksa walaupun mahal akan saya beli. Si-ibu penjual bensin ini tidak mau bahkan langsung kembali ke warung dan meletakkan botol bensin pada etalase botol. Luar Biasa!!! Dalam kondisi seperti itu pun si-ibu penjual bensin tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Ini hanya sedikit cerita tentang kenaikan BBM demi menjaga anggaran negara, saya pikir masih banyak cerita-cerita menarik dibalik semua itu. Merdeka!!!
Bersyukur banget jika aku di Balikpapan sini bisa bertemu bakul bensin sing seperti ibu kuwi mas… ;-)
ReplyDeletekalo tdk salah dia menaikan harga 25% - 50% tp menolak mendapatkan untung itu dan akhirnya sy lebih baik memilih pulang ke kos :)
Delete